
Oleh : Dharma Leksana, S.Th., M.Si. – Ketua Umum Perkumpulan Wartawan Gereja Indonesia (PWGI)
Beritaoikoumene.com – Jakarta, 06 Maret 2025 – Di tengah keberagaman gereja dan kompleksitas tantangan zaman, gerakan oikoumene menjadi semakin relevan dan mendesak. Perkumpulan Wartawan Gereja Indonesia (PWGI), sebagai organisasi yang berdedikasi pada pemberitaan gereja, memiliki posisi unik dan strategis dalam pusaran gerakan oikoumene di Indonesia. Artikel ini akan mengupas peran PWGI dalam konteks gerakan penting ini.
Dalam artikel kali ini penulis ingin mendiskusikan mengenai Perkumpulan Wartawan Gereja Indonesia (PWGI) dalam pusaran Gerakan oikoumene di Indonesia dengan beberapa pertanyaan di bawah ini :
- Apa itu gerakan oikoumene
- Gerakan oikoumene di Indonesia
- Peran pgi sebagai wadah Gerakan oikoumene gereja gereja di indonesia
- Visi misi perkumpulan wartawan gereja Indonesia (PWGI)
- Fungsi pwgi membangun keesaan gereja dalam bingkai oikoumene
- Peran apa yang dapat dijalankan perkumpulan wartawan gereja Indonesia (PWGI) dalam Gerakan oikoumene
Mari kita mulai dengan memahami :
1. Apa itu Gerakan Oikoumene?
Secara sederhana, gerakan oikoumene adalah gerakan untuk mewujudkan keesaan Gereja Kristen. Secara etimologis, kata Oikumene atau Ecumene berasal dari dua kata dalam bahasa Yunani, yakni oikos yang bermakna “rumah” serta monos yang artinya “satu”. Istilah ini disederhanakan ke dalam bahasa Indonesia menjadi satu rumah. Lebih jauh lagi, Oikumene diartikan sebagai gerakan “satu rumah”, menyiratkan bahwa seluruh umat kristiani di berbagai belahan dunia sejatinya hidup berdampingan dalam satu rumah yang sama, yaitu rumah Tuhan.
Istilah oikumene sebenarnya sudah ada sejak zaman Yunani kuno dalam cakupan pemerintahan Kekaisaran Romawi. Pada masa itu, kata oikumene merujuk pada dunia yang dianggap sebagai wilayah kekuasaan Katolik Roma. Namun, munculnya berbagai konflik yang memecah gereja-gereja Katolik membuat istilah ini mengalami pergeseran makna.
Salah satu insiden perpecahan gereja yang menjadi cikal-bakal terbentuknya gerakan Oikumene terjadi pada tahun 325 M. Saat itu, pengikut Arius dinyatakan sesat oleh konsili Nicea I sehingga banyak pengikutnya yang dikejar-kejar dan dibunuh secara massal. Peristiwa serupa kembali terjadi beberapa abad kemudian, tepatnya di tahun 1054. Pengakuan iman Nicea memecah gereja Katolik Roma dengan gereja Ortodoks Timur dan menimbulkan pertikaian sengit di antara dua kubu yang berseteru.
Dengan banyaknya perpecahan yang terjadi, gereja-gereja di seluruh dunia melakukan perundingan untuk menyatukan semua persekutuan gereja bagi umat kristiani. Perundingan ini didasarkan pada doa Tuhan Yesus dalam Yohanes 17: 20-21:
“Dan bukan untuk mereka ini saja Aku berdoa, tetapi juga untuk orang-orang, yang percaya kepada-Ku oleh pemberitaan mereka; supaya mereka semua menjadi satu, sama seperti Engkau, ya Bapa, di dalam Aku dan Aku di dalam Engkau, agar mereka juga di dalam Kita, supaya dunia percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku.”
Jadi, dapat disimpulkan jika gerakan Oikumene adalah perwujudan doa dan harapan Tuhan Yesus sendiri. Gerakan ini sebenarnya sudah ada sejak lama di Eropa, tetapi hanya beberapa gereja yang ikut serta pada masa-masa awal. Baru pada akhir abad ke-19 serta awal abad ke-20, Oikumene mulai menyebar ke berbagai belahan dunia lainnya, termasuk Indonesia.
Dalam konteks gereja sekarang ini, oikoumene merujuk pada upaya untuk mengatasi perpecahan dan membangun persatuan di antara berbagai denominasi gereja Kristen.
Gerakan oikoumene menekankan bahwa di balik perbedaan tradisi, teologi, dan praktik gerejawi, ada iman yang sama kepada Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat. Oikoumene bukan berarti menyeragamkan semua gereja, tetapi lebih pada membangun persekutuan yang erat, kerja sama, dan saling pengertian di antara gereja-gereja yang berbeda.

2. Gerakan Oikoumene di Indonesia
Gerakan oikoumene di Indonesia memiliki sejarah panjang, yang berakar sejak masa awal abad ke-20. Semangat kebersamaan dan persatuan mulai tumbuh di antara gereja-gereja Protestan yang beragam latar belakang misi dan tradisi. Momentum penting dalam sejarah oikoumene di Indonesia adalah pendirian Dewan Gereja-gereja di Indonesia (DGI) pada tanggal 25 Mei 1950, yang kemudian berubah nama menjadi Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI) pada tahun 1984.
Gerakan oikoumene di Indonesia tidak hanya terbatas pada gereja-gereja Protestan. Sejak awal, semangat dialog dan kerja sama juga dibangun dengan gereja-gereja Katolik dan tradisi Kristen lainnya. Dewasa ini, gerakan oikoumene di Indonesia semakin inklusif, melibatkan berbagai organisasi keagamaan, lembaga swadaya masyarakat, dan individu-individu yang peduli pada isu-isu keadilan, perdamaian, dan kemanusiaan.
3. Peran Persekutuan Gereja Gereja di Indonesia (PGI) sebagai Wadah Gerakan Oikoumene Gereja-gereja di Indonesia
PGI memainkan peran sentral sebagai wadah utama gerakan oikoumene di Indonesia. Sebagai organisasi payung gereja-gereja Protestan terbesar di Indonesia, PGI memiliki beberapa fungsi kunci dalam gerakan oikoumene:
- Memfasilitasi Dialog dan Pertemuan: PGI secara rutin mengadakan pertemuan, seminar, lokakarya, dan forum dialog yang mempertemukan wakil-wakil dari berbagai gereja anggota, lembaga oikoumenis, dan mitra lainnya. Forum-forum ini menjadi wadah untuk saling berbagi, berdiskusi, dan mencari solusi bersama atas berbagai isu gereja dan kebangsaan.
- Mendorong Kerja Sama Antar Gereja: PGI mempromosikan dan mengkoordinasikan berbagai bentuk kerja sama antar gereja dalam bidang pelayanan, pendidikan, sosial, dan advokasi. Kerja sama ini memperkuat dampak pelayanan gereja dan mempererat hubungan antar denominasi.
- Menyuarakan Isu-isu Bersama: PGI menjadi juru bicara gereja-gereja di Indonesia dalam menyuarakan isu-isu keadilan, perdamaian, HAM, lingkungan hidup, dan isu-isu kebangsaan lainnya. Suara PGI yang representatif memiliki bobot moral dan pengaruh yang signifikan di tingkat nasional dan internasional.
- Memelihara Dokumen Keesaan Gereja (DKG): PGI berperan penting dalam memelihara, mensosialisasikan, dan mengimplementasikan Dokumen Keesaan Gereja (DKG), sebuah dokumen teologis penting yang menjadi landasan bersama gerakan oikoumene di Indonesia.
4. Visi dan Misi Perkumpulan Wartawan Gereja Indonesia (PWGI)
Perkumpulan Wartawan Gereja Indonesia (PWGI) hadir dengan visi yang mulia: “Menjadi pilar informasi yang kredibel dan relevan bagi gereja dan masyarakat.” Visi ini mencerminkan komitmen PWGI untuk menyajikan informasi yang akurat, berimbang, dan bermanfaat, baik bagi internal gereja maupun bagi masyarakat luas.
Untuk mewujudkan visi tersebut, PWGI memiliki misi sebagai berikut:
- Mengembangkan Jurnalisme Gereja Berkualitas: Meningkatkan kapasitas dan profesionalisme wartawan gereja melalui pelatihan, pendidikan, dan pengembangan standar etika jurnalistik.
- Memberitakan Kegiatan dan Peran Gereja: Meliput dan memberitakan berbagai kegiatan gereja, baik di tingkat lokal, nasional, maupun internasional, serta menyoroti peran gereja dalam masyarakat.
- Membangun Jembatan Komunikasi: Menjadi penghubung komunikasi yang efektif antara gereja dengan masyarakat, pemerintah, dan berbagai pihak lainnya.
- Mempromosikan Nilai-nilai Kristiani: Menyebarluaskan nilai-nilai Kristiani seperti kasih, keadilan, perdamaian, dan persaudaraan melalui karya jurnalistik.

5. Fungsi PWGI Membangun Keesaan Gereja dalam Bingkai Oikoumene
Perkumpulan Wartawan Gereja Indonesia (PWGI) memiliki fungsi strategis dalam membangun keesaan gereja dalam bingkai oikoumene melalui berbagai cara:
- Pemberitaan yang Membangun Pemahaman: PWGI dapat memberitakan berbagai kegiatan dan program oikoumene yang dilakukan PGI dan gereja-gereja anggota. Pemberitaan ini membantu membangun pemahaman yang lebih baik tentang makna dan tujuan gerakan oikoumene di kalangan jemaat dan masyarakat luas.
- Menyuarakan Nilai-nilai Oikoumene: Melalui artikel, berita, feature, dan program media lainnya, PWGI dapat menyuarakan nilai-nilai oikoumene seperti toleransi, dialog, kerja sama, dan persatuan. Pemberitaan ini dapat menginspirasi dan mendorong gereja-gereja untuk semakin terlibat dalam gerakan oikoumene.
- Menjadi Forum Diskusi dan Refleksi: PWGI dapat menjadi platform untuk diskusi dan refleksi tentang isu-isu oikoumene yang relevan. Melalui rubrik opini, wawancara, dan analisis, PWGI dapat memfasilitasi pertukaran gagasan dan pandangan tentang tantangan dan peluang gerakan oikoumene di Indonesia.
- Mempromosikan Tokoh-tokoh Oikoumene: PWGI dapat memperkenalkan dan mempromosikan tokoh-tokoh gereja dan masyarakat yang memiliki komitmen kuat terhadap gerakan oikoumene. Pemberitaan tentang tokoh-tokoh ini dapat menjadi inspirasi dan teladan bagi orang lain.
6. Peran yang Dapat Dijalankan PWGI dalam Gerakan Oikoumene
Perkumpulan Wartawan Gereja Indonesia (PWGI) memiliki peran yang sangat signifikan dan beragam dalam gerakan oikoumene. Beberapa peran konkret yang dapat dijalankan PWGI antara lain:
- Peliputan Mendalam Rangkaian HUT ke-75 PGI: PWGI dapat memberikan liputan yang komprehensif dan mendalam tentang seluruh rangkaian kegiatan HUT ke-75 PGI, yang mengusung tema oikoumene “Kesatuan Tubuh Kristus yang Tangguh dan Relevan.” Liputan ini akan menjadi sarana efektif untuk menyebarluaskan pesan oikoumene kepada publik luas.
- Program Edukasi Oikoumene: PWGI dapat mengembangkan program-program edukasi tentang oikoumene melalui berbagai platform media, seperti artikel berseri, infografis, video pendek, atau podcast. Program-program ini dapat menjelaskan konsep oikoumene secara sederhana dan menarik, serta relevansinya bagi kehidupan gereja dan masyarakat.
- Mengadakan Forum Jurnalisme Oikoumene: PWGI dapat mengadakan forum atau workshop jurnalisme oikoumene, yang bertujuan untuk meningkatkan pemahaman wartawan gereja tentang isu-isu oikoumene dan mengembangkan keterampilan mereka dalam memberitakan gerakan oikoumene secara efektif dan berimbang.
- Kerja Sama dengan Lembaga Oikoumenis: PWGI dapat menjalin kerja sama yang lebih erat dengan PGI dan lembaga-lembaga oikoumenis lainnya dalam menyebarluaskan informasi dan pesan-pesan oikoumene. Kerja sama ini dapat berupa pertukaran konten, liputan bersama, atau penyelenggaraan kegiatan bersama.
- Mendorong Dialog Oikoumene Melalui Media Sosial: PWGI dapat memanfaatkan media sosial sebagai platform untuk mendorong dialog oikoumene di kalangan generasi muda dan masyarakat luas. PWGI dapat membuat konten-konten menarik dan interaktif yang mempromosikan nilai-nilai oikoumene dan mengajak orang untuk berpartisipasi dalam gerakan ini.
Perkumpulan Wartawan Gereja Indonesia (PWGI) memiliki peran yang sangat vital dan strategis dalam gerakan oikoumene di Indonesia. Sebagai pilar informasi gereja, PWGI memiliki kekuatan untuk menyuarakan keesaan, merajut persatuan, dan menginspirasi gereja-gereja untuk semakin terlibat dalam gerakan oikoumene. Dengan komitmen yang kuat dan kerja keras yang berkelanjutan, PWGI dapat menjadi agen perubahan yang signifikan dalam mewujudkan visi gereja yang esa, kudus, am dan apostolik di Indonesia.
“SOLI DEO GLORIA”