
Beritaoikoumene.com – Magelang – Pada tanggal 9 Februari 2025, Pdt. Saryoto, S.Ag, seorang pendeta jemaat di Gereja Kristen Jawa (GKJ) Magelang, merayakan usia ke-60 tahun. Sebuah pencapaian yang tidak hanya menggambarkan usia, tetapi juga perjalanan hidup yang dipenuhi dedikasi, semangat, dan inovasinya.
Pdt. Saryoto tidak hanya dikenal sebagai seorang pendeta jemaat yang mengabdikan diri kepada Tuhan dan jemaatnya, tetapi ia juga seorang wirausahawan yang menanamkan nilai-nilai luhur untuk mencukupi pelayanannya. Inilah kisah seorang pendeta yang membawa inspirasi, tak hanya dalam pelayanan, tetapi juga dalam dunia bisnis.
Sejak menempuh pendidikan di Jurusan Konseling Pastoral Klinis Fakultas Teologi Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga, Pdt. Saryoto telah membangun fondasi menjadi pemimpin yang tidak hanya berbicara tentang kasih Tuhan. Dirinya juga merancang tentang bagaimana Tuhan menggerakkan umat-Nya berkontribusi secara nyata dalam masyarakat. Pendidikan ini memberinya perspektif yang mendalam, mengenai keseimbangan antara pelayanan rohani dan kebutuhan duniawi.
“Tantangan awal adanya pandangan dari beberapa warga jemaat. Mereka menganggap negatif terhadap bisnis. Tetapi waktulah yang justru mengakui pentingnya berbisnis dalam kehidupan sekarang ini, apapun profesinya” ucap Pdt. Saryoto kepada kru media.
Di era tahun 80-90an, ketika aturan gereja memberlakukan seorang pendeta sepenuhnya fokus pada pelayanan rohani di jemaatnya, tanpa harus disibukkan dalam dunia bisnis, Pdt. Saryoto harus menghadapi tantangan tersebut. Seiring berjalannya waktu, ada ruang dalam dialog dan pemahaman yang mulai terbuka. Di era kini, di lingkungan GKJ, seorang pendeta seperti Pdt. Saryoto diizinkan berbisnis. Sepanjang tidak mengganggu pelayanan utamanya sebagai pendeta.
Pdt. Saryoto menyadari betul bahwa berbisnis bukan hanya soal mencari keuntungan materi, tetapi juga tentang memberi dampak positif bagi orang lain. Baginya, bisnis adalah medium guna menginspirasi jemaat dan masyarakat. Melalui pilihan bisnis yang tepat, ia membuktikan berwirausaha tidak hanya mendatangkan manfaat ekonomi, tetapi juga menjadi sarana mendukung pelayanan gereja dan masyarakat luas.
“Dalam berbisnis, saya tidak mengandalkan modal uang, tetapi modal utama saya adalah inovasi, kreativitas, semangat, dan kemampuan membaca peluang,” ujar Pdt. Saryoto saat di datangi di griya Herbal menyajikan minuman herbal sebagai salah satu wujud kreativitasnya.
Dengan prinsip ini, dirinya berusaha menjaga, agar bisnis yang digelutinya tidak hanya bertahan, tetapi juga berkembang. Bahkan ketika tantangan datang, kegagalan tidak menjadi penghalang. Sebab, baginya, kegagalan adalah bagian dari perjalanan untuk meraih keberhasilan yang lebih besar.
Berkat dedikasi dan visinya, Pdt. Saryoto mendapatkan kepercayaan dari berbagai pihak. Dari gereja, klasis, lintas sinode, instansi, LSM, dan masyarakat. Dirinya dipercaya sebagai narasumber dan pelaku untuk berbicara dalam berbagai forum pemberdayaan ekonomi. Kepercayaan tersebut tidak hanya menambah kredibilitasnya sebagai pemimpin, tetapi juga memberinya kesempatan untuk membangun griya herbal dan pusat edukasi kewirausahaan.
“Saya mendirikan Griya Herbal ini tidak hanya berfungsi sebagai tempat tinggal dan produksi, tetapi juga sebagai pusat pelatihan yang mengajarkan pada jemaat dan masyarakat tentang pentingnya berwirausaha dalam mendukung kehidupan ekonomi yang lebih baik” sambung Pdt. Saryoto yang akan memasuki masa emeritus, tepatnya nanti hari Senin, 24 Maret 2025.

Produk bisnis yang dijalankan Pdt. Saryoto adalah pengolahan tumbuhan herbal dan empon-empon menjadi minuman kesehatan dan jamu kekinian. Jamu kekinian, yang ia perkenalkan, tidak hanya menarik bagi generasi tua, tetapi juga digemari oleh generasi muda. Dengan menjaga kualitas produk, terus berinovasi, serta memanfaatkan sistem pemasaran online dan jejaring yang luas, bisnis jamu yang dijalankan.
“Inilah kunci keberhasilan dalam menjalankan bisnis: tidak hanya mengandalkan tradisi, tetapi juga beradaptasi dengan perkembangan zaman tanpa kehilangan nilai-nilai luhur yang diwariskan oleh nenek moyang” pungkas Pdt. Saryoto yang terlihat berbahagia sebab putranya, mas Ones Mahanugra, S.Si.Teol. akan ditahbiskan sebagai pendeta jemaat di GKJ Jatingaleh Semarang pada hari Jumat 21 Maret 2025.
Sebagai seorang pendeta yang juga seorang enterpreneur, Pdt. Saryoto menunjukkan bahwa berbisnis dengan integritas dan semangat pelayanan adalah cara untuk memberikan dampak yang lebih besar, tidak hanya dalam gereja, tetapi juga dalam masyarakat. Kisah hidupnya menginspirasi. Selamat berkarya Pdt. Saryoto dalam berinovasi, berkarya, dan memberikan yang terbaik melalui pelayanan rohani maupun dalam dunia usaha. (sugeng ph/Red)