
Dharma Leksana, S.Th., M.Si.
Oleh : Dharma Leksana, S.Th., M.Si. – *Serial Artikel Membaca Tuhan di Era Digital*
Beritaoikoumene.com – Jakarta, Melalui artikel ini penulis ingin mengeksplorasi tema “Membaca Tuhan di Era Teknologi” melalui lensa teologi digital (cybertheology). Perkembangan pesat teknologi digital telah mengubah cara manusia berinteraksi, belajar, dan juga menghayati agama.
Artikel ini akan mengulas konsep teologi digital, mengidentifikasi tokoh-tokoh kunci yang mempengaruhinya, dan menganalisis bagaimana teologi digital dapat menjadi petunjuk jalan bagi gereja untuk terus eksis dan relevan di tengah peradaban digital yang terus berkembang.
Pendahuluan:
Peradaban modern ditandai dengan penetrasi teknologi digital yang merambah hampir seluruh aspek kehidupan, tak terkecuali agama. Istilah “cybertheology” atau teologi digital muncul untuk mendeskripsikan studi tentang hubungan yang kompleks antara teknologi digital, internet, dan agama. Fenomena ini mencakup penggunaan teknologi dalam praktik keagamaan, interaksi timbal balik antara agama dan teknologi, refleksi teologis berbasis digital (e-teologi), pembentukan komunitas online keagamaan, serta isu-isu etika digital dalam konteks agama.
Di tengah perubahan lanskap ini, gereja dihadapkan pada tantangan dan peluang baru dalam menyampaikan pesan-pesan keagamaan dan mempertahankan eksistensinya. Artikel ini bertujuan untuk mengkaji bagaimana gereja dapat “membaca Tuhan” dan memahami kehendak-Nya di era teknologi ini melalui kerangka kerja teologi digital.
Konsep Teologi Digital:
Teologi digital, sebagaimana didefinisikan oleh RISU (Religious Information Service of Ukraine), berupaya untuk melihat baik budaya digital maupun teologi, dan bertanya bagaimana keduanya saling berbicara. Ini berarti teologi digital tidak hanya tentang menggunakan teknologi sebagai alat untuk menyebarkan ajaran agama, tetapi juga tentang merefleksikan bagaimana budaya digital membentuk pemahaman kita tentang Tuhan, iman, dan komunitas. Ini mencakup bagaimana Alkitab dan teks-teks keagamaan lainnya dipresentasikan dan diinterpretasikan secara online, bagaimana praktik ibadah dan ritual beradaptasi dalam ruang digital, dan bagaimana komunitas iman dibangun dan dipelihara melalui platform virtual.
Tokoh-Tokoh Kunci dalam Teologi Digital:
Beberapa tokoh telah memberikan kontribusi penting dalam mengembangkan pemikiran tentang teologi digital dan perannya bagi gereja:
- Peter M. Phillips: Sebagai seorang peneliti di bidang digital religion di Durham University, Phillips meneliti bagaimana Alkitab dan interpretasinya hadir di media sosial dan budaya digital. Karyanya, “The Bible, Social Media, and Digital Culture,” menyoroti bagaimana audiens online modern cenderung berbagi ayat-ayat yang bersifat moral, tidak dogmatis, dan non-konfliktual. Pemahaman ini penting bagi gereja untuk menyesuaikan cara berkomunikasi dan menyampaikan pesan-pesannya di platform digital agar lebih diterima dan relevan.
- Antonio Spadaro, SJ: Dalam bukunya “Cybertheology: Thinking Christianity in the Era of the Internet,” Spadaro mengajak gereja untuk secara mendalam memahami budaya digital dan dampaknya terhadap iman. Ia menekankan pentingnya bagi gereja untuk tidak hanya menggunakan internet tetapi juga untuk “menginjili” budaya digital itu sendiri. Spadaro mendorong gereja untuk terlibat secara kritis dan konstruktif dengan teknologi, menyadari peluang dan tantangannya.
- Heidi A. Campbell: Dikenal atas karyanya dalam bidang agama dan internet, Campbell meneliti bagaimana komunitas agama online terbentuk dan berfungsi. Ia menyoroti pentingnya memahami dinamika interaksi dan pembentukan identitas dalam komunitas virtual keagamaan untuk pengembangan pelayanan gereja di ranah digital.
- Ligonier Ministries (David Murray): Melalui artikel dan sumber daya mereka, Ligonier Ministries menyoroti pentingnya “Digital Theology” untuk menanggapi tantangan moral, spiritual, relasional, dan kognitif yang muncul akibat revolusi digital. Mereka menekankan perlunya menggunakan teknologi yang baik untuk melawan dampak negatif teknologi, sambil juga mengakui keterbatasan pendekatan “lebih banyak teknologi”.
Teologi Digital sebagai Petunjuk Jalan Bagi Gereja:
Teologi digital menawarkan beberapa petunjuk penting bagi gereja untuk terus eksis dan relevan di peradaban digital sekarang ini :
- Adaptasi Misi dan Pelayanan: Teologi digital membantu gereja memahami bagaimana teknologi dapat digunakan untuk memperluas jangkauan misinya. Media sosial, website, live streaming ibadah, dan aplikasi mobile memungkinkan gereja untuk berinteraksi dengan jemaat dan menjangkau individu yang mungkin tidak dapat hadir secara fisik. Ini adalah cara untuk tetap relevan dalam konteks di mana banyak orang menghabiskan sebagian besar waktunya secara online.
- Pengembangan Literasi Digital dan Teologis: Teologi digital mendorong gereja untuk membekali jemaat dengan literasi digital dan teologis yang memadai. Ini penting untuk membantu umat beriman menavigasi lanskap digital dengan bijak, membedakan informasi yang benar dari yang salah, dan mengembangkan pemahaman teologis yang mendalam dalam konteks digital.
- Pembentukan Komunitas Iman yang Inklusif: Teologi digital memfasilitasi pembentukan komunitas iman online yang dapat menjadi ruang aman dan suportif bagi individu yang mungkin merasa terpinggirkan dalam komunitas fisik atau memiliki keterbatasan geografis. Gereja dapat menggunakan platform digital untuk membangun rasa persaudaraan dan kebersamaan.
- Refleksi Etis dan Teologis yang Mendalam: Teologi digital mendorong gereja untuk secara kritis merefleksikan implikasi etis dan teologis dari teknologi digital. Hal ini mencakup isu-isu seperti privasi, keamanan data, penyebaran hoaks, dan dampak teknologi terhadap relasi antarmanusia dan hubungan dengan Tuhan. Dengan melakukan refleksi yang mendalam, gereja dapat memberikan panduan moral dan spiritual yang relevan bagi jemaat di era digital.
- Inovasi dalam Pendidikan dan Pembelajaran Agama: Teologi digital membuka peluang untuk inovasi dalam pendidikan agama. Platform pembelajaran online, video, podcast, dan sumber daya digital lainnya dapat memperkaya proses belajar mengajar dan membuat materi agama lebih mudah diakses dan dipahami oleh berbagai kelompok usia.
Teologi Digital dalam Konteks Indonesia:
Dalam konteks Indonesia, teologi digital memiliki peran yang sangat penting mengingat tingginya tingkat penggunaan internet dan media sosial. Gereja di Indonesia dapat memanfaatkan teologi digital untuk memahami bagaimana teknologi digital digunakan dalam praktik keagamaan di berbagai kalangan, serta bagaimana nilai-nilai agama dapat mempengaruhi pengembangan dan penggunaan teknologi secara etis. Selain itu, teologi digital dapat membantu gereja di Indonesia dalam merespons isu-isu intoleransi dan radikalisme yang seringkali tersebar melalui platform digital dengan pesan-pesan damai dan inklusif.
Akhir kata penulis menarik kesimpulan bahwa “Membaca Tuhan di Era Teknologi” melalui lensa teologi digital adalah sebuah keniscayaan bagi gereja yang ingin tetap relevan dan eksis di peradaban digital. Dengan memahami konsep teologi digital, belajar dari para tokoh yang telah memikirkannya, dan secara proaktif mengadopsi prinsip-prinsipnya, gereja dapat memanfaatkan teknologi bukan hanya sebagai alat, tetapi juga sebagai ruang baru untuk mewartakan kasih Allah, membangun komunitas iman, dan membimbing umat beriman dalam menjalani kehidupan yang bermakna di era yang semakin terhubung secara digital ini. Teologi digital bukanlah pengganti teologi tradisional, melainkan sebuah pelengkap yang memperkaya pemahaman kita tentang Tuhan dan peran gereja di dunia yang terus berubah.
Referensi:
- Phillips, Peter M. The Bible, Social Media, and Digital Culture. Routledge, 2020.
- Spadaro, Antonio, SJ. Cybertheology: Thinking Christianity in the Era of the Internet. Fordham University Press, 2016.
- Artikel-artikel dari RISU (Religious Information Service of Ukraine) tentang Digital Theology.
- Artikel-artikel dari Ligonier Ministries tentang Digital Theology.
- Campbell, Heidi A. Religion and the Internet. Routledge, 2013.