HUT 54 Tahun PGLII
Beritaoikoumene.com – Jakarta – Persekutuan Gereja-gereja dan Lembaga-lembaga Injili Indonesia (PGLII) genap berusia 54 tahun pada 17 Juli 2025. Bukan sekadar angka, usia ke-54 adalah tonggak sejarah yang mengingatkan kita akan perjalanan panjang sebuah gerakan yang lahir dari kerinduan akan persekutuan dan semangat untuk menuntaskan Amanat Agung.
Dengan moto “Dipanggil untuk Bersekutu dan Memberitakan Injil,” PGLII hadir sebagai wadah strategis yang menyatukan gereja-gereja dan lembaga-lembaga Injili dari berbagai latar belakang, dalam semangat kesatuan, kasih, dan misi.
Akar yang Dalam, Visi yang Jauh
Sejarah PGLII tidak bisa dilepaskan dari denyut nadi Gerakan Injili dunia yang telah tumbuh sejak abad ke-18. Gerakan ini menekankan pada otoritas Alkitab, keselamatan oleh iman, dan penginjilan sebagai panggilan utama gereja.
Melalui perjalanan Evangelical Alliance tahun 1846, yang lalu berkembang menjadi World Evangelical Fellowship (1951), hingga kini menjadi World Evangelical Alliance (WEA), semangat Injili terus menyala dan merambah ke berbagai belahan dunia—termasuk Indonesia.
Dari City Hotel ke Batu: Lahirnya Gerakan Injili Indonesia
Akhir 1960-an menjadi titik balik penting bagi gereja-gereja Injili di Indonesia. Kesadaran akan pentingnya persekutuan yang lebih erat mendorong para pemimpin Injili berkumpul pada Juni 1971 di City Hotel, Jakarta. Tak lama berselang, pertemuan serupa berlangsung di Batu, Malang, Jawa Timur, dan pada tanggal 17 Juli 1971, Persekutuan Injili Indonesia (PII) resmi lahir.
Nama-nama seperti Pdt. Dr. Petrus Octavianus, Pdt. Willem Hekmann, dan Philip Leo menjadi tokoh kunci dalam pembentukan awal. Bukan hanya tokoh, mereka adalah perintis yang membangun rumah besar bagi gereja-gereja Injili, rumah yang kini kita kenal sebagai PGLII.
Transformasi Menjadi PGLII
Perubahan besar terjadi pada Oktober 2006 dalam Kongres Nasional IX di Puncak, Jawa Barat. Nama PII resmi diubah menjadi Persekutuan Gereja-gereja dan Lembaga-lembaga Injili Indonesia (PGLII)—sebuah nama yang lebih merepresentasikan karakter keanggotaan yang kini mencakup 99 sinode dan 69 lembaga pelayanan Injili.
Dengan pengurus wilayah di 31 provinsi, PGLII menjadi salah satu kekuatan Injili terbesar di Asia, tak hanya dari jumlah, tetapi juga dari kontribusi nyata di berbagai sektor pelayanan: pendidikan, kesehatan, sosial, advokasi kebebasan beragama, hingga penginjilan lintas budaya.
Kesatuan yang Memberdayakan
Semangat “bersekutu” dalam PGLII bukan hanya seremonial. Ia adalah komitmen untuk saling menopang dalam kasih. Hal ini sejalan dengan doa Yesus dalam Yohanes 17:21: “Supaya mereka semua menjadi satu.” Kesatuan itu bukanlah keseragaman, melainkan persekutuan yang kaya akan perbedaan, namun disatukan oleh Injil Kristus.
Dr. Antonius Natan, dalam ucapan selamat ulang tahunnya menyatakan: “LAYANILAH SEORANG AKAN YANG LAIN DENGAN KASIH!” Mengutip Galatia 5:13, ia mengingatkan bahwa kemerdekaan yang kita terima dalam Kristus bukanlah untuk memuaskan kedagingan, melainkan untuk saling melayani dalam kasih.
“Dengan kasih kita mengokohkan persekutuan kita untuk melakukan tugas dan tanggung jawab kita,” ujar beliau.
PGLII Hari Ini dan Esok
54 tahun sudah berlalu sejak pertemuan di Batu. Namun semangatnya tak pernah padam. Di tengah tantangan zaman—globalisasi, sekularisasi, dan fragmentasi sosial—PGLII dipanggil untuk tetap setia: menjadi suara profetik, menjadi pelayan kasih, dan menjadi terang bagi bangsa.
Perjalanan sejarah bukanlah sekadar nostalgia. Ia adalah cermin untuk merefleksikan panggilan yang terus relevan: bersekutu dan memberitakan Injil.
Dan di sinilah PGLII berdiri hari ini—sebagai rumah besar Injili Indonesia. Rumah yang dibangun di atas batu karang Injil, dijaga dengan kasih, dan diarahkan pada misi yang mulia: membawa kabar baik sampai ke ujung bumi.
Selamat ulang tahun ke-54, PGLII.
Teruslah bersekutu dan memberitakan Injil!
(Oleh: Dr. Antonius Natan)
