
Pelatihan Jurnalistik Juli 2025
Oleh : Dharma Leksana, S.Th., M.Si. – Ketua Umum Perkumpulan Wartawan Gereja Indonesia (PWGI)
Beritaoikoumene.com – Jakarta, Menulis berita mungkin dimulai sebagai hobi yang menyenangkan, namun bagi sebagian orang, khususnya para wartawan gereja, kegiatan ini menjelma menjadi panggilan yang lebih dalam. Lebih dari sekadar menyalurkan minat, menulis berita menjadi sarana ampuh untuk pengembangan diri, bahkan dapat menjadi sumber penghasilan. Lebih penting lagi, bagi seorang wartawan gereja, setiap tulisan adalah sebuah kesempatan untuk berkontribusi bagi gereja dan masyarakat, mengemban Amanat Agung Tuhan Yesus Kristus yang tertulis dalam Matius 28:19-20.
Di tengah pesatnya kemajuan teknologi informasi, lanskap media telah mengalami transformasi yang signifikan. Era digital menawarkan kemudahan akses dan kecepatan penyebaran informasi yang belum pernah terbayangkan sebelumnya. Namun, di balik kemudahan ini, tersembunyi tantangan disrupsi informasi yang kompleks, yang secara tidak langsung memengaruhi kesehatan mental dan spiritual masyarakat, termasuk jemaat gereja.
Perkumpulan Wartawan Gereja Indonesia (PWGI) menyadari betul tantangan ini. Sebagai organisasi yang mewadahi para wartawan Kristen di Indonesia, PWGI melihat perannya semakin relevan dan strategis dalam mendampingi gereja merespons dampak negatif disrupsi informasi di era teknologi tinggi.
Tantangan Gereja di Tengah Badai Informasi Digital
Disrupsi informasi di era serba digital ini menghadirkan beberapa persoalan krusial yang mengancam kesehatan mental dan spiritual jemaat:
- Doomscrolling: Algoritma media sosial seringkali memprioritaskan berita negatif, membanjiri penggunanya dengan informasi yang memicu kecemasan, ketakutan, dan keputusasaan. Jemaat gereja pun tak luput dari paparan doomscrolling yang berpotensi melemahkan iman dan harapan mereka.
- Comparative Traps: Media sosial menciptakan ilusi realitas yang serba sempurna dan bahagia, menjebak pengguna dalam perbandingan sosial yang tidak sehat. Jemaat dapat terperangkap dalam comparative traps, merasa rendah diri, iri hati, dan selalu merasa kurang dibandingkan dengan standar yang ditampilkan di media sosial.
- Technostress: Kekhawatiran akan masa depan pekerjaan di era otomatisasi dan kecerdasan buatan (AI) menimbulkan stres dan ketidakpastian. Jemaat mungkin merasa terancam oleh perkembangan teknologi, khawatir kehilangan pekerjaan, dan merasa tidak relevan di tengah perubahan zaman yang begitu cepat.
Ironisnya, tantangan-tantangan ini muncul justru di tengah kemajuan teknologi dan ekonomi yang luar biasa. Hal ini menunjukkan bahwa kemajuan materi tidak secara otomatis menjamin kesejahteraan mental dan spiritual. Gereja, dengan mandatnya untuk melayani manusia secara holistik, terpanggil untuk hadir sebagai agen solusi di tengah badai disinformasi ini.
Peran Gereja dan PWGI dalam Menjawab Tantangan Disrupsi
Gereja memiliki peran yang sangat penting dalam membimbing jemaatnya menghadapi disrupsi informasi dan menjaga kesehatan mental serta spiritual mereka. Beberapa peran kunci yang perlu dioptimalkan meliputi peningkatan literasi media digital, membangun komunitas yang solid, menawarkan narasi alternatif berbasis iman, mendorong keseimbangan hidup dan spiritualitas, serta memanfaatkan teknologi untuk menyebarkan kebaikan.
Dalam konteks inilah, PWGI hadir sebagai mitra strategis gereja. Visi PWGI adalah “Menjadi wadah bagi wartawan Kristen Indonesia untuk meningkatkan profesionalisme, solidaritas, dan berperan aktif dalam pembangunan bangsa berdasarkan nilai-nilai Kristiani.” Misi PWGI mencakup peningkatan kualitas wartawan Kristen, mempererat solidaritas, mendorong peran aktif dalam pembangunan bangsa, menjadi mitra gereja dalam menyampaikan informasi yang benar dan membangun, serta memperjuangkan kebebasan pers dan keadilan.
Relevansi peran PWGI di era disrupsi informasi semakin menguat karena beberapa alasan:
- Keahlian Literasi Media: Anggota PWGI memiliki keahlian dalam jurnalistik dan komunikasi yang sangat dibutuhkan gereja untuk meningkatkan literasi media digital di kalangan jemaat. PWGI dapat mengadakan pelatihan dan seminar untuk membekali jemaat dengan kemampuan memilah informasi dan mengenali hoaks.
- Produksi Konten Positif: PWGI dapat berperan aktif dalam menciptakan konten media yang positif, inspiratif, dan berlandaskan nilai-nilai Kristiani. Konten ini dapat menjadi penyeimbang arus informasi negatif di berbagai platform digital.
- Jembatan Komunikasi: Wartawan gereja yang tergabung dalam PWGI dapat menjadi jembatan komunikasi yang efektif antara gereja dan masyarakat luas, membantu menyampaikan pesan-pesan penting dan mengklarifikasi isu-isu yang kurang tepat.
- Penguatan Jaringan: PWGI memfasilitasi penguatan jaringan dan kolaborasi antar wartawan Kristen, gereja, dan lembaga Kristen lainnya, memungkinkan pertukaran sumber daya dan keahlian dalam menghadapi tantangan disrupsi informasi.
- Advokasi Kebijakan Media: PWGI dapat berperan dalam mengadvokasi kebijakan media yang lebih sehat dan bertanggung jawab, termasuk mendorong regulasi yang lebih ketat terhadap penyebaran hoaks dan disinformasi.
Menulis Lebih dari Sekadar Hobi: Sebuah Panggilan untuk Melayani
Menulis berita, bagi seorang wartawan gereja, bukanlah sekadar hobi atau profesi. Lebih dari itu, ini adalah sebuah panggilan untuk menjadi saksi Kristus di tengah dunia yang terus berubah. Melalui tulisan, informasi yang akurat dan berimbang dapat disebarkan, kebenaran ditegakkan, dan narasi positif tentang iman dan harapan dapat dikumandangkan.
Menulis berita juga memiliki manfaat personal, seperti melatih kemampuan berpikir kritis, meningkatkan kemampuan berbahasa, memperluas wawasan, dan menanamkan disiplin. Bahkan, menulis berita dapat menjadi sumber penghasilan yang berarti bagi sebagian orang. Namun, bagi seorang wartawan gereja, motivasi utama di balik setiap tulisan adalah kontribusi positif bagi masyarakat dan gereja, serta ketaatan pada Amanat Agung.
Mengingat pentingnya peran wartawan gereja di era digital ini, Perkumpulan Wartawan Gereja Indonesia (PWGI) akan kembali menyelenggarakan kegiatan jurnalistik pada Sabtu, 26 Juli 2025, pukul 10.00 – 17.00 WIB di Bacheno Caffe Cempaka Putih. Kegiatan ini menjadi kesempatan berharga bagi para wartawan gereja untuk meningkatkan kapasitas diri, memperluas jaringan, dan semakin mengoptimalkan peran mereka sebagai pewarta kabar baik di tengah tantangan zaman.
Kolaborasi yang erat antara PWGI dan gereja adalah kunci untuk menjawab tantangan disrupsi informasi secara efektif dan membawa dampak positif yang signifikan bagi jemaat dan masyarakat luas. Mari bergandengan tangan, menggunakan pena sebagai senjata, dan memberitakan kebenaran demi kemuliaan Tuhan.
“SOLI DEO GLORIA”.