
Beritaoikoumene.com – Salatiga – Alumni Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) lintas generasi yang berasal dari Nusa Tenggara Timur (NTT) menyatakan kepedulian dan seruan moral terkait dinamika internal yang tengah berlangsung di almamater mereka. Dalam sebuah pernyataan resmi yang diterima pada Sabtu (10/5/2025), kelompok alumni ini menyuarakan keprihatinan mendalam dan harapan agar segala persoalan dapat diselesaikan dengan bijaksana, mengedepankan nilai-nilai luhur universitas.
Para alumni UKSW asal NTT mengungkapkan bahwa mereka mengikuti dengan seksama polemik yang berkembang di kampus dan mendoakan agar setiap langkah penyelesaian senantiasa dipimpin oleh hikmat Tuhan, sejalan dengan motto universitas, Amsal 1:7a (“Takut akan TUHAN adalah permulaan pengetahuan”). Mereka juga menyampaikan apresiasi tinggi kepada mahasiswa, dosen, dan tenaga kependidikan UKSW yang telah menyuarakan aspirasi secara tertib, elegan, bermartabat, dan tanpa tindakan anarkis, sesuai dengan semangat “Satya pada Wacana” (Setia pada Kebenaran).
Menurut pandangan para alumni ini, dinamika yang terjadi justru menunjukkan kuatnya karakter spiritual, emosional, dan intelektual dalam tubuh sivitas akademika UKSW. Oleh karena itu, mereka menyerukan agar seluruh pihak yang terlibat—mulai dari yayasan, senat, pimpinan universitas, dosen, tenaga kependidikan, hingga mahasiswa—untuk merendahkan hati dan bersedia duduk bersama dalam semangat persaudaraan akademik, sebagaimana prinsip magistrorum et scholarium (persaudaraan sejati antara pengajar dan pembelajar) yang menjadi fondasi UKSW.
Menyikapi situasi terkini, Alumni UKSW NTT mengajukan tujuh seruan konkret:
- Mendesak Pembina, Pengawas, dan Pengurus Yayasan Perguruan Tinggi Kristen Satya Wacana (YPTKSW) bersama Senat Universitas untuk memprioritaskan penyelesaian masalah secara terbuka, berdiskusi langsung dengan seluruh sivitas terkait, dan tanpa penundaan.
- Meminta Pembina YPTKSW untuk segera mengambil sikap, mendengarkan semua aspirasi, dan membuka ruang dialog yang jujur serta konstruktif dengan seluruh elemen kampus demi mengurai akar persoalan.
- Mendesak dilakukannya peninjauan ulang terhadap statuta UKSW agar dikembalikan pada nilai-nilai asli Satya Wacana.
- Menyarankan agar Pembina YPTKSW mengambil alih sementara kepemimpinan fungsional Rektorat periode 2022–2027 guna menangani masalah secara bertahap, mengingat pimpinan universitas dinilai belum mengambil langkah konkret dan terbuka terhadap sivitas akademika.
- Meminta agar utusan Sinode Gereja Masehi Injili di Timor (GMIT) dan Sinode Gereja Kristen Sumba (GKS) yang duduk dalam tubuh Pembina YPTKSW bersikap netral serta aktif membangun komunikasi yang solutif.
- Mengingatkan pihak Rektorat untuk menahan diri dalam memberikan pernyataan di media massa yang dapat menimbulkan tafsir ganda dan memperkeruh suasana.
- Mendesak agar hasil pertemuan dengan sivitas akademika disampaikan secara transparan kepada publik sebagai referensi informasi yang sahih.
“Kami berharap UKSW terus menjadi taman pembelajaran yang subur, tempat benih-benih pemimpin masa depan ditumbuhkan dengan takut akan Tuhan, nalar yang jernih, dan hati yang jujur,” demikian kutipan penutup pernyataan tersebut. Para alumni dari NTT menyatakan akan terus mendoakan UKSW agar tetap teguh dalam karya dan limpahan rahmat Tuhan, serta mampu menyelesaikan dinamika internal dengan damai dan hikmat. (BekTi. W./Red.***)