
Beritaoikoumene.com – Jakarta – Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI) menyampaikan dukacita yang mendalam atas berpulangnya Sri Paus Fransiskus, SJ, Pemimpin Tertinggi Gereja Katolik sedunia. PGI mengenang Bapa Suci sebagai “seorang gembala agung yang telah menjadikan kemanusiaan sebagai altar utamanya, dan dunia sebagai ladang kasihnya.”
Dalam pernyataan resminya yang mengutip Roma 14:7, “Tak seorang pun hidup untuk dirinya sendiri dan tak seorang pun mati untuk dirinya sendiri,” PGI menyebut Jorge Mario Bergoglio, nama lahir Paus Fransiskus, bukan sekadar Paus ke-266 dalam sejarah Gereja Katolik. “Ia adalah suara profetik dalam dunia yang bising oleh politik identitas, ekonomi eksklusi, dan agama yang sering kehilangan kasih,” demikian pernyataan PGI.
PGI menyoroti gaya kepemimpinan Paus Fransiskus yang dikenal menolak kemewahan dan memilih untuk merangkul kemiskinan. Ia digambarkan sebagai figur yang menolak predikat pangeran gerejawi, melainkan memilih menjadi sahabat para migran, pelindung bumi yang terluka, dan advokat tanpa pamrih bagi perdamaian global.
Secara khusus, PGI mengenang perhatian Paus Fransiskus terhadap Indonesia. Dalam beberapa pernyataannya, Paus Fransiskus disebut memuji Indonesia sebagai teladan kerukunan antaragama dan contoh pluralisme yang perlu dirawat serta dipeluk, bukan sekadar ditolerir. “Ia paham: damai bukanlah absennya konflik, tetapi hadirnya keadilan. Dan dalam diplomasi diamnya, Indonesia dijadikannya cermin untuk dunia: bahwa iman tak harus menjauhkan, tetapi bisa memeluk yang berbeda tanpa kehilangan kebenaran,” tulis PGI.
Menurut PGI, kepergian Paus Fransiskus merupakan kehilangan figur ayah dunia, a global father figure, bagi umat manusia lintas agama. Ia dinilai berhasil menembus sekat identitas bukan karena membaur, melainkan karena mencintai dari kedalaman spiritualitas Yesus yang menderita. “Dunia tidak hanya berduka karena kehilangan seorang Paus; dunia berduka karena kehilangan jantung moral yang berdetak bagi yang tak bersuara,” tegas PGI.
PGI memandang Paus Fransiskus bukan sekadar institusi, melainkan simbol kolektif dari harapan baru bahwa kekudusan dapat lahir dari realitas sehari-hari rakyat, lorong pengungsi, dan kondisi bumi yang terabaikan. Ia disebut sebagai “imam besar” dalam pengertian paling manusiawi, yang mampu menangis bersama umatnya.
Bagi keluarga besar PGI di Indonesia, kenangan akan Paus Fransiskus tidak hanya terbatas pada kutipan dan doa, tetapi juga melekat dalam perjuangan lintas iman yang diinspirasinya. PGI menyebut Paus Fransiskus sebagai sahabat spiritual bangsa ini yang secara fisik pernah menginjakkan kaki di tanah air Indonesia, serta menapakkan kasihnya dalam setiap pidato, ensiklik, dan gestur kerendahan hatinya.
Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia menyampaikan belasungkawa terdalam kepada seluruh umat Katolik di Indonesia dan dunia. PGI memanjatkan doa agar warisan iman, pengharapan, dan cinta kasih Paus Fransiskus terus menyala, bukan sebagai monumen masa lalu, melainkan sebagai gerakan hidup: Fratelli Tutti, “kita semua bersaudara.”
“Duka ini adalah duka bersama. Tapi dari duka yang dalam, bangkitlah cinta yang lebih dalam,” tutup PGI dalam pernyataannya. “Selamat jalan, Paus Fransiskus. Kau telah menyelesaikan pertandingan dengan indah. Kini dunia mengenangmu, bukan hanya sebagai Paus, tetapi sebagai manusia seutuhnya.” (Dh.L./Red.)
Rilis PGI download disini :