
Oleh : Dharma Leksana, S.Th., M.Si. – Ketua Umum Perkumpulan Wartawan Gereja Indonesia (PWGI)
Beritaoikoumene.com – Jakarta – Di zaman yang serba digital ini, istilah “algoritma” semakin akrab di telinga kita. Algoritma, sederhananya, adalah serangkaian instruksi langkah demi langkah yang dirancang untuk memecahkan masalah atau mencapai tujuan tertentu. Awalnya lekat dengan dunia komputer, algoritma kini merambah ke berbagai aspek kehidupan, termasuk cara kita berinteraksi dan bekerja. Pertanyaannya, bisakah konsep algoritma ini diterapkan untuk membangun dan memperkuat relasi persekutuan, terutama dalam konteks pemanfaatan teknologi?
Jawabannya adalah ya. Algoritma, dalam konteks persekutuan, bukan lagi sekadar urutan kode komputer. Ia menjelma menjadi pola pikir dan tindakan terstruktur yang kita rancang untuk memupuk hubungan dan meningkatkan efektivitas karya bersama, dengan memanfaatkan teknologi sebagai alat bantu.
Merancang Algoritma Persekutuan yang Produktif
Bayangkan sebuah algoritma sederhana untuk membangun percakapan yang bermakna dalam kelompok kecil online. Langkah-langkahnya bisa berupa:
- Mulai dengan Pertanyaan Pemantik: Setiap pertemuan online diawali dengan pertanyaan terbuka yang relevan dengan tema atau kebutuhan kelompok. Pertanyaan ini berfungsi sebagai “input” untuk memulai interaksi.
- Giliran Berbicara yang Terstruktur: Gunakan fitur “raise hand” atau metode lain untuk mengatur giliran berbicara. Ini memastikan setiap anggota memiliki kesempatan untuk berbagi, menghindari dominasi, dan menciptakan “alur” percakapan yang adil.
- Fokus pada Mendengarkan Aktif: Setiap anggota berkomitmen untuk mendengarkan dengan sungguh-sungguh saat orang lain berbicara, memberikan respons yang relevan, dan menghindari multitasking yang mengganggu fokus. Ini adalah “proses” utama dalam algoritma persekutuan.
- Ringkasan dan Tindak Lanjut: Di akhir pertemuan, buat ringkasan poin-poin penting dan tentukan langkah-langkah tindak lanjut jika diperlukan. Ini adalah “output” dari algoritma, memastikan percakapan menghasilkan aksi nyata.
Contoh di atas hanyalah ilustrasi sederhana. Algoritma persekutuan bisa dirancang lebih kompleks, disesuaikan dengan kebutuhan dan tujuan komunitas. Misalnya, untuk kegiatan pelayanan, algoritma bisa mencakup langkah-langkah: identifikasi kebutuhan, pembagian tugas online melalui platform kolaborasi, koordinasi jadwal menggunakan aplikasi kalender bersama, dan pelaporan hasil melalui shared document.

Teknologi sebagai Sahabat, Bukan Pengganti Persekutuan
Penting untuk diingat bahwa teknologi hanyalah alat. Algoritma persekutuan yang efektif tidak berfokus pada teknologi itu sendiri, melainkan pada bagaimana teknologi dapat memfasilitasi interaksi manusia yang lebih baik. Tujuannya bukan menggantikan pertemuan tatap muka atau sentuhan personal, melainkan memperluas jangkauan persekutuan, meningkatkan efisiensi kerja, dan menyediakan ruang interaksi yang fleksibel di era digital.
Teknologi memungkinkan kita untuk:
- Terhubung tanpa Batas Geografis: Persekutuan tidak lagi terbatas ruang dan waktu. Anggota komunitas yang berjauhan tetap bisa berpartisipasi aktif dalam kegiatan dan diskusi online.
- Mengakses Sumber Daya dengan Mudah: Platform online menyediakan akses cepat ke materi pembelajaran, informasi kegiatan, dan sumber daya lain yang mendukung pertumbuhan iman dan pelayanan.
- Berkolaborasi secara Efisien: Berbagai aplikasi dan platform memungkinkan kolaborasi dalam proyek pelayanan, perencanaan acara, dan tugas-tugas administratif lainnya, menghemat waktu dan tenaga.
Menemukan Keseimbangan: Sentuhan Manusia di Era Algoritma
Meskipun algoritma dan teknologi menawarkan banyak manfaat, kita perlu bijaksana dalam penerapannya. Persekutuan sejati dibangun di atas dasar kasih, empati, dan kehadiran nyata. Teknologi tidak boleh menggantikan interaksi tatap muka yang kaya dengan bahasa tubuh, kontak mata, dan sentuhan emosional.
Algoritma persekutuan yang ideal adalah yang mampu menyeimbangkan antara efisiensi teknologi dan kehangatan relasi manusia. Kita perlu terus mengevaluasi dan menyesuaikan algoritma yang kita rancang, memastikan bahwa teknologi benar-benar menjadi sahabat yang memperkuat persekutuan dan memajukan karya pelayanan, bukan sebaliknya.
Dengan pemikiran yang kreatif dan penerapan yang bijaksana, algoritma persekutuan dapat menjadi kunci untuk merajut relasi yang lebih erat dan berkarya lebih efektif di era teknologi ini. Mari kita berani menciptakan “algoritma” kebaikan yang berlandaskan kasih Kristus, demi kemuliaan Tuhan dan pelayanan bagi sesama. (Mas Dharma EL)