
Beritaoikoumene.com – Magelang, Griya Herbal dan Edukasi Jamu Kekinian yang terletak di Magelang, menjadi saksi bisu atas komitmen seorang pendeta yang berusaha mengangkat taraf hidup jemaat melalui inovasi kewirausahaan. Siapa yang pernah bertamu di Griya Herbal pasti merasakan sendiri kehangatan sambutan yang penuh kesantunan, tutur kata lembut, dan sikap familiar yang menyenangkan.
Para pengunjung akan mengetahui bahwa di balik segala keramahan tersebut, ada seorang pendeta yang tak hanya mengemban tugas pelayanan rohani jemaat, tetapi juga berjuang dalam komitmennya memajukan ekonomi jemaat melalui pendekatan yang lebih praktis.
Itulah Pdt. Saryoto Mahanugra, S.Ag, sang pemilik Griya Herbal dan Edukasi Jamu Kekinian, dikenal luas karena dedikasinya dalam memberdayakan jemaat. Lebih dari sekedar mengajarkan doa, pemahaman alkitab, saresehan dan khotbah, Saryoto juga mengenalkan berbagai pelatihan kewirausahaan. Salah satunya melalui pembuatan jamu kekinian.
Dalam kesempatan tersebut, pengunjung tidak hanya mendengarkan teori, melainkan langsung dilibatkan dalam proses pembuatan produk kesehatan seperti Black Garlic dan Wine berbahan dasar buah-buahan lokal. Sesuatu yang menarik dan tidak di duga oleh setiap pengunjung yang datang adalah menikmati jamuan makan bersama dan menerima oleh-oleh secara gratis tanpa dipungut biaya.
“Pada saat kami berkunjung ke Griya Herbal, kami disambut dengan ramah, diajari keterampilan membuat jamu dan wine, dan diajak makan siang. Pulangnya, kami juga mendapat oleh-oleh dari produk yang dibuatnya buat sendiri,” ujar Pdt. Dr. Ir. Achmad S. Wiratmo, Ketua Bidang Kesaksian dan Pelayanan Klasis Pekalongan Barat, yang mengapresiasi kegiatan tersebut.
Perjalanan Pdt. Saryoto menuju kesuksesan ini tidaklah mudah. Dirinya lahir dan besar bukan dari keluarga Kristen. Ia mulai menanamkan tekad menjadi seorang pendeta sejak duduk di bangku SD. Meskipun menghadapi banyak rintangan, termasuk kurangnya dukungan keluarga, ia tetap teguh pada cita-citanya.
Setelah menempuh pendidikan di Fakultas Teologi Universitas Kristen Satya Wacana dan ditabiskan sebagai pendeta pada 1994, ia mulai mengabdi dengan membawa pesan-pesan pastoral yang menguatkan sekaligus menginspirasi jemaatnya untuk lebih mandiri dalam hal ekonomi.
Menyadari bahwa tidak sedikit warga jemaat yang mengalami kesulitan ekonomi, Pdt. Saryoto memasukkan program pembinaan pemberdayaan ekonomi melalui kotbah dan kegiatan rohani lainnya. Salah satu program unggulan yang ia perkenalkan adalah “Teologi Kewirausahaan”.
“Teologi Kewirausahaan mengajarkan pada kita bahwa bekerja adalah bagian dari panggilan hidup. Manusia diciptakan untuk bekerja dan mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya. Berwirausaha bukan soal uang, melainkan tentang tekad dan semangat untuk melihat peluang dan beradaptasi dengan perubahan,” ungkap Pdt. Saryoto.
Keberhasilannya dalam mengembangkan jamu kekinian seperti Cardic Plus, yang dikenal bermanfaat untuk kesehatan jantung dan pembuluh darah, telah membuktikan bahwa kemandirian ekonomi bisa tercapai melalui kreativitas dan kerja keras.

Selain itu, Pdt. Saryoto juga memastika meskipun nanti dirinya memasuki masa emeritus, pengabdian diri dalam pelayanan gereja tetap dilakukan dengan topangan finasial melalui kewirausahaan yang dirintisnya
“Saya tidak ingin sepenuhnya bergantung pada penghasilan gereja. Keinginan ini bukan hanya untuk saya, tetapi untuk seluruh jemaat dan para pendeta, agar mereka bisa terus melayani tanpa terhambat masalah ekonomi,” tambahnya.
Kisah hidup Pdt. Saryoto Mahanugra, S.Ag adalah bukti nyata bahwa integrasi antara panggilan rohani dan kewirausahaan dapat membawa dampak positif yang cukup besar. Tidak hanya menjadikan gereja sebagai tempat ibadah dan pembinaan rohani, tetapi juga sebagai pusat pemberdayaan ekonomi yang memberdayakan setiap jemaatnya. Melalui pendekatan ini, Pdt. Saryoto telah menjadi teladan yang menginspirasi banyak orang untuk meraih kemandirian ekonomi, tanpa harus melepaskan panggilan mereka di hadapan Tuhan (sugeng ph/Red)